BERITA
10 Jul 2025
Tren PHK Besar‑besaran di Industri Tekstil
Pasca pandemi dunia dikejutkan oleh gelombang PHK di berbagai pabrik tekstil utama. Mulai dari merek fast fashion di Eropa hingga pabrik garmen di AS dan Tiongkok, ribuan tenaga kerja kehilangan posisi mereka. Di Indonesia, gelombang PHK juga terjadi di sentra tekstil seperti Bandung dan Majalaya. Fenomena ini menekan rantai pasok bahan baku dan proses spinning yarn di mana produsen benang pintal Indonesia harus menyesuaikan volume produksi untuk menghindari overstock.
Kasus Sritex dalam Konteks PHK
Sritex sempat menjadi salah satu contoh pabrikan yang melakukan penyesuaian jumlah karyawan ketika permintaan global turun. Meskipun Sritex dikenal sebagai ISO 9001 textile manufacturer dan supplier kain greige global, perusahaan ini tidak luput dari tren PHK nasional. Hal ini mempertegas pentingnya diversifikasi pasar dan investasi teknologi spinning modern agar produsen benang pintal Indonesia tidak terlalu bergantung pada satu segmen pasar.
Implikasi bagi Produsen Benang Pintal Indonesia dan Supplier Kain Greige
Saat terjadi PHK besar‑besaran, permintaan untuk benang pintal dapat merosot hingga 20 persen dalam jangka pendek. Supplier kain greige global dari Indonesia perlu menata ulang strategi stok dan memperkuat network B2B global. Produsen benang pintal Indonesia didorong untuk mengadopsi predictive maintenance dan IoT sensor untuk menjaga efisiensi pabrik ketika kapasitas produksi dikurangi. Di sinilah peluang investasi sektor tekstil terbuka lebar bagi investor yang mendukung modernisasi mesin dan digitalisasi proses produksi.
Rekomendasi untuk Menghadapi Volatilitas Tenaga Kerja
Menjawab Gelombang Perubahan
Ke depan, industri tekstil harus bergerak selaras dengan dinamika tenaga kerja global. Dengan memadukan komitmen pada kesejahteraan karyawan melalui reskilling dan fleksibilitas shift serta investasi pada teknologi spinning modern, serta mendorong konsumen memilih produk lokal, produsen benang pintal Indonesia dan supplier kain greige global akan menjadi lebih tangguh. Transformasi ini bukan hanya soal bertahan, tetapi juga merancang masa depan yang inklusif dan berkelanjutan.
Bagikan
BERITA BARU